KOMODITAS jambu mete yang banyak tumbuh di pekarangan tandus perdesaan kurang mendapat perhatian pemerintah. Petani dibiarkan melakukan budi daya sendiri dan menjual mete ke pasar bebas. Padahal, mete Indonesia termasuk terbaik di dunia. “Revitalisasi agrobisnis tanaman jambu mete secara komprehensif mendesak dilakukan untuk meningkatkan daya saing. Komoditas ini seharusnya mendorong penerimaan devisa negara dan menyejahterakan masyarakat,” kata Angger P Juwono, Dirut PT Punggawa Tritunggal, eksportir komoditas perkebunan rakyat di Surabaya, Minggu (16/4).
Kantong-kantong perkebunan mete antara lain Wonogiri, Wonosarari, Kendari, Dompu, Larantuka, Sumba Barat, Kupang, Alor, Bima, Waingapu, Maumere, Raha, dan Luwu. Saat ini harga sekilo biji mete kering Rp30 ribu per kg. Tingginya harga biji mete itu tidak diimbangi dengan penyuluhan dan bimbingan kepada petani. Nyoman Merta, petani mete dari Desa Tolokalo, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu, NTT, mengatakan memiliki 400 pohon yang menghasilkan 5 ton biji mete setiap tahun. “Dari harga jual saya dapat Rp10 juta per bulan,” kata Nyoman.
Sumber MediaIndonesia